“Dipecat dan tidaknya itu satu yang menentukan manajemen, bukan yang lain. Harus berpikir mempertimbangkan baik buruknya, untung ruginya memecat seorang pelatih,” ujar Aji Santoso.
“Seumpamanya sudah sangat parah, itu menjadi keputusan manajemen. Tetapi yang jelas saya sangat siap risiko apa pun,” imbuhnya.
Persebaya sempat mengalami momen mengganti banyak pelatih. Pada 2019, Bajul Ijo ditangani Djadjang Nurdjaman kemudian dilanjutkan Wolfgang Pikal yang berakhir dengan pemecatan.
Aji Santoso baru masuk pada akhir 2019 dan bisa bertahan bersama Persebaya hingga sekarang. Itu juga berkat prestasi yang diberikannya, seperti finish runner-up Liga 1 2019 dan trofi Piala Gubernur Jatim 2020.
Sebelum akhirnya Persebaya berada di jalur kemenangan, kursi kepelatihan Persebaya sempat panas setelah lima laga baru meraih satu kemenangan, satu imbang, tiga laga lainnya menelan kekalahan.
Dengan kejamnya persaingan kursi kepelatihan, Aji Santoso berpendapat seharusnya pemilihan pemain dan teknis tim diserahkan pada pelatih. Sehingga, ketika tim meraih hasil buruk, pelatih mampu bertanggung jawab.
“Umpamanya ada tim yang perekrutan pemain bukan dari pelatih, keputusan pemain bukan dari pelatih, itu bunuh diri namanya,” kata pelatih berlisensi AFC Pro tersebut.
“Tapi, Alhamdulillah di Persebaya mulai saya masuk tahun 2019 sampai sekarang tidak pernah, bahkan presiden klub tidak pernah mengintervensi saya, semua menyerahkan pembentukan tim ini pada pelatih, memang seharusnya seperti itu,” tuturnya.
Thank you for your sharing. I am worried that I lack creative ideas. It is your article that makes me full of hope. Thank you. But, I have a question, can you help me? https://accounts.binance.com/el/register?ref=FIHEGIZ8
Your point of view caught my eye and was very interesting. Thanks. I have a question for you.