Amrina, yang telah puluhan tahun bergerak dalam edukasi dan pembinaan penyintas HIV/AIDS, mengungkapkan bahwa jumlah pengidap AIDS di Kabupaten OKI jauh lebih rendah daripada angka yang diberitakan.
“Jumlah penderita AIDS di OKI kurang dari 50 jiwa, dan angka tersebut tidak dapat diakumulasi dalam satu tahun karena bisa bertambah atau berkurang. Jika jumlahnya belasan ribu, itu sudah masuk kategori Kejadian Luar Biasa (KLB),” tegasnya.
Edukasi dan Penghapusan Stigma
Amrina juga menekankan pentingnya edukasi masyarakat untuk menghilangkan stigma negatif terhadap pasien HIV/AIDS. Menurutnya, stigma tersebut sering kali membuat pasien enggan memeriksakan diri atau menjalani pengobatan.
“HIV/AIDS adalah masalah kesehatan yang dapat ditangani jika pasien mendapatkan akses pengobatan dan dukungan yang tepat. Namun, stigma masih menjadi penghalang besar,” katanya.
Ia juga mengajak masyarakat untuk fokus pada edukasi dan pencegahan, bukan penghakiman. Dukungan dari berbagai pihak, termasuk media, diperlukan untuk mengedukasi masyarakat agar lebih inklusif dan menghilangkan diskriminasi terhadap penderita HIV/AIDS.
“Perilaku seksual tertentu memang meningkatkan risiko penularan, tetapi solusinya adalah edukasi, bukan penghakiman. Penderita HIV/AIDS membutuhkan dukungan, bukan diskriminasi,” pungkasnya.
Dengan pendekatan yang lebih inklusif dan edukatif, diharapkan stigma terhadap HIV/AIDS dapat dihilangkan, sehingga upaya pencegahan dan pengobatan bisa berjalan lebih efektif.
Dinas Kesehatan dan LSM Sahabat Pelangi terus menggalakkan kampanye ini untuk menekan angka penularan HIV/AIDS di Kabupaten OKI.