Di kerajaan ini ada pusat agama Hindu, yaitu Shakyakirti dan Dharmapala, sebelum raja Aryo Damaris menjadi seorang Muslim.
Jadi sampai sekarang Shakyakirti dan Dharmapala mempertahankan nama mereka. Ketika Aryo Damar masuk Islam, namanya berubah menjadi Abdilla. Karena orang Palembang menyebutnya Ariodilo, maka jalan itu disebut Ariodilo.
Akhirnya kerajaan Sriwijaya muncul. Setelah itu, Sriwijaya ambruk dan masuk ke Sabokinging dan menyebarkan agama Islam. Belakangan, pemeluk agama Hindu berkurang dan sebagian besar umat Islam, termasuk seorang raja bernama Aryo Damar, masuk Islam.
Dan apa yang dapat dibuktikan oleh para arkeolog, sebelum Arjo Damar masuk Islam, kuburan-kuburan itu menghadap ke timur, utara, dan selatan. Ketika Aryo Damar masuk Islam, kuburan umat Islam akhirnya menghadap kiblat (barat). Kompleks Makam Sabokingking juga berada di kawasan PT Pusri. Orang yang dimakamkan di kompleks ini antara lain Pangeran Sido Ing Kenayan (1630-162 M). Sido Ing Kenayan adalah Raja Palembang yang menggantikan pamannya Pangeran Sido Ing Puro (162-1630 M) dan kemudian digantikan oleh sepupunya Pangeran Sido Ing Pasarea (162-13 M).
Makam ini bersebelahan dengan makam Ratu Sinuhun, istri Pangeran Sido Ing Kenayan. Selain itu, ada juga makam guru agama raja, Habib Muhammad Imam Alfasah dari Arabia. Masih diyakini bahwa Ratu Sinuhun adalah penulis Simbur Cahaya. Buku ini sering disebut sebagai Hukum Simbur Cahaya, yang berisi tentang aturan-aturan common law.
Juga diyakini bahwa Simbur Cahaya adalah cara untuk meratifikasi hukum (lisan) yang sudah berlaku di masyarakat internal Sumatera Selatan pada saat itu. Simbur Cahaya pada dasarnya mengatur masyarakat di luar Palembang atau dikenal dengan istilah uluan.