Alat berat tiba-tiba rusak, material hilang, dan bahkan beberapa pekerja dilaporkan mengalami kejadian aneh.
Para tetua adat kala itu menyarankan untuk melakukan ritual sesajen untuk “menghormati” penunggu Sungai Musi, yang diyakini sebagai Ikan Tapa.
Seiring waktu, mitos ini terus berkembang. Masyarakat percaya bahwa keberadaan Ikan Tapa adalah simbol keseimbangan. Jika ia merasa terganggu atau marah, maka bencana bisa saja terjadi.
Oleh karena itu, beberapa nelayan masih rutin memberikan sesajen di tepian Sungai Musi sebagai bentuk penghormatan.
Kisah-Kisah Saksi Mata
Ada banyak cerita dari masyarakat yang mengaku pernah melihat atau merasakan kehadiran Ikan Tapa. Misalnya, seorang nelayan tua bernama Pak Sarman mengisahkan bahwa pada suatu malam saat ia mencari ikan di sekitar Jembatan Ampera, ia melihat bayangan besar menyerupai ikan yang berenang perlahan di bawah jembatan.
“Awalnya saya pikir itu buaya, tapi ukurannya jauh lebih besar dan tidak bergerak seperti hewan biasa. Saya langsung berhenti memancing dan pulang karena takut,” ceritanya.
Kejadian serupa juga pernah dialami oleh seorang warga yang sedang menyusuri sungai dengan perahu kecil.
Ia mengaku mendengar suara gemuruh dari bawah air, diikuti oleh pusaran yang hampir menenggelamkan perahunya.
Kejadian ini sering dianggap sebagai ulah Ikan Tapa yang sedang menunjukkan keberadaannya.
Perspektif Budaya dan Pariwisata
Mitos Ikan Tapa tidak hanya menjadi cerita mistis, tetapi juga bagian dari identitas budaya masyarakat Palembang.