SRIWIJAYAPLUS.COM – Sunggu menarik gerakan Islamisasi yang dilakukan sultan-sultan Turki zaman Usmaniyah.
Berdasar buku “Jejak Islamisasi di Negeri Palembang” karya Prof. Mal’an Abdullah, ada banyak ulama-ulama syahid yang datang ke Sumatra Selatan.
Pelopornya Syaikh Ibrahim Al-Samarkand bersama anaknya Syaikh Ali Rahmatullah (Sunan Ampel) bersama muridnya Syaikh Syarief Hussin Hidayatullah (Puyang Sekampung Marga Danau).
Setelah meng-Islamkan Ario Damar menjadi Ario Abdillah atau Ario Dillah. Ibrahim Al-Samarkand dan putranya Ali Rahmatullah melanjutkan perjalanan ke Pulau Jawa.
Syaikh Syarief Hussin Hidayatullah bersama muridnya Ario Dillah kemudian menerima rombongan para Syaikh dan Syahid yang datang berikutnya dari baik dari tanah Arab langsung maupun yang sudah menetap di Jawa.
Salah satu yang datang berikutnya adalah rombongan Syaikh Syahid Amar Saleh. Beliau anak dari ulama asal tanah Arab, Syaikh Syahid Al-Kamil Syarief Hidayatullah yang bergelar Sunan Gunung Jati yang berkedudukan di Cirebon.
Di Istana, Syahid Amar Saleh bertemu dengan Syaikh Ahmad Abdurrahman Tajuddin Basyaid dan Syaikh Syahid Hamminul Amiem. Selanjutnya mereka bertiga meneruskan perjalanan ke Pasai.
Melanjutkan ke Palembang. Bersama Syaikh Syarief Hussin Hidayatullah dari Istana Palembang mereka meneruskan dakwah ke daerah uluan. Syaikh Syarief Hussin Hidayatullah menetap di Sekampung, Sungai Babat an, Marga Danau.
Ketiga orang lainnya meneruskan perjalanan menyelusuri Sungai Komering. Syaikh Syahid Amar Saleh menetap dan berdakwah di Marga Madang tepatnya Dusun Mendayun serta bergelar Tuan Umar Bagindo Sari.
“Sedangkan Syaikh Ahmad Abdurrahman Tajuddin Basyaid menetap di Dusun Adumanis menjadi Tuan Tanjung Idrussalam. Demikian halnya Syaikh Syahid Hamminul Amiem berdakwah dan menetap di Campang Tiga dan menjadi Tuan Di Pulau”, ujar pengamat sejarah dari Unsri Dr. Dedi Irwanto.