Menurutnya, Minanga mewakili kelompok kekerabatan yang ada di aliran Sungai Komering.
Kelompok kekerabatan tersebut terbentuk dari 7 kepuyangan. Salah satunya Puyang Minak Ratu Damang Bing.
“Puyang Ratu Damang Bing ini asal usul puyang yang menurunkan orang Minanga. Makam Beliau ada di Minanga Besar,” kata Malwani.
Sepanjang catatan awal marga di Sumatera Selatan. Awalnya seluruh daerah dialiran Sungai Komering ini disebut dengan nama kebuwayan atau Buway.
“Way ini artinya sungai. Pada kelompok dialiran sungai Komering yang mendiami bagian ulu. Mereka yang tinggal di lebak sungai disebut Samandaway. Sedangkan kelompok yang tinggal di talang rumput dipinggiran sungai disebut Buway Madang,” tambah Ali Pasyai.
Ketika penataan marga oleh Sultan Abdurrahman Cinde Belang oleh sebab, wilayah Minanga meluas, maka Marga Minanga dirubah menjadi Marga Samandaway mulai dari Betung sampai ke Gunung Batu.
Namun pada masa penataan marga zaman penjajahan Belanda, Marga Semendaway dirubah menjadi empat marga, yakni Marga Semendaway Soekoe I, Marga Semendaway Soekoe II, Marga Semendaway Soekoe III dan Marga Gunung Batu.
Pada masa kini Minanga dimekarkan menjadi dua desa. Desa Minanga Tongah dan Desa Minanga Besar yang masuk Kecamatan Semendaway Barat.
“Melihat sejarah panjang Minanga ini. Saya berpesan ke pihak UT Palembang. Agar memasukan narasi Minanga ini dalam buku Identitas Komering yang akan ditulis dalam penelitian ini,” harap Ali Pasya.
Tim penelitian Universitas Terbuka Palembang yang diketuai Dr. Meita Istianda (Ketua Tim/Universitas Terbuka Palembang), bersama Dr. Dedi Irwanto (Universitas Sriwijaya), Giyanto, M.Si. (Universitas PGRI Palembang), Dr. (Cand.) Kms. A. Rachman Panji (UIN Raden Fatah Palembang).